Sebagai seorang calon Guru Penggerak, salah satu nilai yang telah saya pelajari sangat membantu saya dalam melayani murid dengan lebih baik adalah "berpihak pada murid." Nilai ini telah mengubah cara saya memandang dan menangani kebutuhan serta potensi setiap siswa di kelas.
Misalnya, beberapa bulan yang lalu, saya memiliki seorang siswa bernama Daffaa yang selalu tampak kesulitan mengikuti matematika dan mata pelajaran lainnya dikarenakan belum bisa membaca dan ketinggalan dalam numerasi. Sebelum memahami nilai berpihak pada murid, mungkin saya akan hanya berfokus pada upaya untuk membuat Daffa "mengejar" ketertinggalannya dengan tambahan tugas dan latihan. Namun, dengan nilai ini, saya mencoba pendekatan yang berbeda.
Saya mulai dengan mengadakan percakapan personal dengan Daffa untuk memahami apa yang menjadi tantangan baginya. Ternyata, Daffa merasa belajar itu menakutkan dan dia merasa terintimidasi oleh kecepatan teman-temannya yang lain. Dari sini, saya menyadari bahwa yang Daffa butuhkan bukanlah lebih banyak latihan, tetapi cara belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
Saya kemudian menyesuaikan metode pengajaran saya. Saya membuat materi yang lebih visual dan interaktif untuk Daffa, serta memberinya kesempatan untuk belajar dalam kelompok kecil di mana dia merasa lebih nyaman. Saya juga memberikan waktu tambahan untuk Daffa memahami konsep tanpa tekanan harus segera mengejar teman-temannya.
Hasilnya sangat menggembirakan. Perlahan, Daffa mulai menunjukkan peningkatan. Kepercayaan dirinya tumbuh, dan dia tidak lagi merasa takut terhadap matematika dan pelajaran . Dia bahkan mulai menikmati pelajaran dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelas.
Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa dengan berpihak pada murid, kita tidak hanya membantu mereka mengatasi kesulitan akademis, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan semangat belajar mereka. Melalui pendekatan yang lebih personal dan empatik, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang benar-benar mendukung setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka.
2. 10 Kegiatan Sekolah contoh penerapan dari peran Guru Penggerak (GP) :
- Membangun Budaya Belajar yang Positif:
- Mengadakan sesi refleksi dan sharing pengalaman belajar antar guru untuk saling berbagi praktik baik dan tantangan.
- Mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran Inovatif:
- Membuat dan menerapkan proyek pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) yang melibatkan siswa dalam pemecahan masalah nyata di lingkungan sekitar.
- Mendorong Keterlibatan Komunitas dalam Pembelajaran:
- Mengundang orang tua dan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah seperti seminar, lokakarya, atau proyek kolaboratif.
- Mentor bagi Guru Lain:
- Melakukan pendampingan atau mentoring kepada guru-guru baru atau yang membutuhkan bantuan dalam menerapkan metode pembelajaran yang efektif.
- Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa:
- Menyusun kegiatan debat atau diskusi panel yang mengasah kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan berargumentasi dengan baik.
- Penggunaan Teknologi dalam Pembelajaran:
Mengadakan pelatihan bagi guru dan siswa tentang penggunaan teknologi digital untuk pembelajaran, seperti penggunaan platform e-learning atau aplikasi edukatif.
- Peningkatan Keterampilan Sosial dan Emosional Siswa:
Menyusun program pengembangan keterampilan sosial dan emosional, seperti sesi konseling, permainan peran, atau kegiatan layanan masyarakat.
- Pengembangan Program Extracurricular:
Membuat klub atau organisasi siswa yang mendukung pengembangan bakat dan minat siswa, seperti klub sains, seni, atau olahraga.
- Penilaian Autentik:
Mengembangkan dan menerapkan metode penilaian autentik yang lebih menekankan pada proses dan hasil belajar siswa secara menyeluruh, bukan hanya hasil tes tertulis.
- Pengembangan Profesional Berkelanjutan:
Mengadakan pelatihan berkelanjutan bagi para guru tentang strategi pembelajaran terbaru, penelitian pendidikan, dan isu-isu pendidikan global.
0 comments:
Post a Comment