SD NEGERI DANUREJO 1

Dusun Brontokan Desa Danurejo, RT.1/RW.6, Telukan, Danurejo, Kec. Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56172 .

SD NEGERI DANUREJO 1

Dusun Brontokan Desa Danurejo, RT.1/RW.6, Telukan, Danurejo, Kec. Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56172 .

SD NEGERI DANUREJO 1

Dusun Brontokan Desa Danurejo, RT.1/RW.6, Telukan, Danurejo, Kec. Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56172 .

SD NEGERI DANUREJO 1

Dusun Brontokan Desa Danurejo, RT.1/RW.6, Telukan, Danurejo, Kec. Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56172 .

SD NEGERI DANUREJO 1

Dusun Brontokan Desa Danurejo, RT.1/RW.6, Telukan, Danurejo, Kec. Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 56172 .

Wednesday, April 5, 2023

Perang Uhud

 Kaum Muslimin vs Kaum Quraisy

Perang Uhud terjadi pada tanggal 15 syawal tahun ke 3 hijriyah di bukit  Uhud di utara Madinah, dengan tinggi  350 m, panjang  7 Km, dan lebar 3 Km.

Orang kafir Quraisy benar-benar melakukan persiapan yang maksimal untuk dapat memerangi Rasulullah SAW di Madinah. Mereka berangkat dengan 3000  tentara. Salah  satu penyebab terjadinya perang Uhud adalah karena  kaum Quraisy ingin menuntut balas atas kekalahan mereka di perang Badar.

Bersama mereka turut serta 17 orang perempuan. Salah satunya adalah Hindun binti Utbah istri dari Abu Sufyan pemimpin pasuka Quraisy. Dia sangat berhajat  atas  kematian Hamzah paman Rasulullah SAW yang telah berhasil membunuh ayahnya di perang Badar.

Pada awalnya Rasulullah SAW  berpendapat untuk memerangi mereka di dalam kota Madinah saja, tapi sebagian  besar kaum muslimin baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshor berkeinginan memerangi mereka di luar kota Madinah. Maka Rasulullah SAW masuk kedalam rumah beliau dan mengenakan baju perangnya, memegang tombak ditangannya dan mengalungkan pedang di lehernya.


Melihat hal itu para sahabat menyesal dan mengatakan kepada beliau “Seharusnya kami tidak  menyalahi pendapatmu, jikalau engkau mau, engkau tetap tinggal dan duduk di sini” mendengar hal itu Rasulullah SAW menjawab “Pantang bagi seorang nabi setelah memakai baju besinya kemudian dia menanggalkan nya kembali hingga Allah memberi ketetapan antara dia dan musuhnya”.

Rasulullah berangkat bersama 1000 pasukan yang diantaranya terdiri dari 100 tentara berbaju besi dan 2 pahlawan berkuda. Diantara 1000 orang pasukan kaum muslimin  ada diantaranya 300 orang munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay bin Salul yang kemudian menarik diri dari pasukan dan kembali ke madinah.

Jumlah pasukan kaum muslimin berkurang menjadi 700 orang saja. Rasulullah SAW bersama pasukan kaum muslimin melanjutkan perjalanan menuju bukit Uhud dan membagi kaum muslimin menjadi beberapa pasukan yang masing-masing dipimpin oleh satu pemimpin.
Diantara pasukan yang dibentuk oleh Rasulullah SAW adalah pasukan pemanah yang terdiri dari 50 orang dan dipimpin oleh Abdullah bin Jubair al Anshori. Pesan Rasulullah SAW  kepada mereka “Lindungi belakang kami sehingga mereka tidak dapat menyerang kita dari arah belakang, jangan sekali-kali meninggalkan tempat ini apapun yang terjadi sehingga kami mengutus seseorang kepada kalian”.

Kekalahan Kaum Muslimin.

Pada waktu itu kaum kafir Quraisy kewalahan melawan dahsyatnya perlawanan kaum muslimin sehingga mereka kocar kacir berlarian kesana kemari dengan meninggalkan harta rampasan perang yang cukup banyak.

Melihat hal itu pasukan pemanah yang ada di bukit Uhud turun meninggalkan pos mereka masing-masing. Maka Abdullah bin Jubair al Anshori mengingatkan mereka akan pesan Rasulullah SAW agar tidak meninggalkan pos masing-masing apapun yang terjadi.

Tapi mereka menganggap bahwa peperangan telah usai dan tidak ada lagi gunanya mereka berada di tempat masing-masing. Hanya Abdullah bin Jubair al Anshori yang tetap bertahan bersama 10 orang tentara Islam. Melihat hal itu pasukan kaum kafir berbalik arah menyerang kaum muslimin mereka berhasil menembus pertahanan kaum muslimin hingga mampu mencederai Rasulullah SAW.

Mereka terus melempari Rasulullah SAW dengan batu-batu hingga beliau jatuh pingsan, mukanya luka, bibir beliau berdarah serta topi perang yang beliau kenakan pecah menjadi dua dan pelipis Rasulullah SAW terluka.

Sunday, April 2, 2023

Akibat Menyepelekan Air Kencing

 Kisah Dasyatnya Siksa Kubur Sebab Air Kencing 


Kebanyakan orang awam terlalu menyepelekan masalah adab buang hajat. Jadi mereka sering sekali kencing atau buang air besar semaunya sendiri. Terkadang nih banyak cowok bahkan cewek buang hajat sembarangan, kadang ada yang di bawah pepohonan, ada pula yang di semak-semak, ada lupa di toilet yang kesemuanya dilakukan dengan cara berdiri atau tidak memperhatikan najisnya. Padahal perkara itu sungguh berat dampaknya diakhirat.

Cara sembarangan di atas ternyata sangat dilarang dalam islam, karena dapat mendatangkan mala petaka di alam kubur. Kebanyakan sebab siksa dan azab kubur ternyata disebabkan oleh orang-orang yang tidak bisa menjaga  air kencingnya ketika buang hajat. Mirisnya lagi, banyak sekali orang awam ketika kencing tidak cebok dan tidak mensucikan kemaluan dari kotoran najis yang mengenai badan. Rasulullah menjelaskan bahwa mayoritas azab kubur adalah sebab tidak bersuci setelah kencing.

Ada sebuah kisah mengerikan dimasa Rasulullah SAW.  Dahulu Rasulullah SAW pernah melakukan sebuah perjalanan. Beliau juga mengajak beberapa sahabatnya untuk menemaninya didalam perjalanan.  Namun tidak disangka, Didalam perjalanan  itu Rasulullah dan para sahabat melewati  sebuah pemakaman.  Dipemakaman itu ternyata ada dua buah kuburan manusia. Kedua kuburan itu nampaknya ada sesuatu yang aneh .

Rasulullah lalu berjalanan mendekati kedua kuburan itu. Ternyata Ada peristiwa dasyat di dalam kubur itu. Rasulullah mengetahui bahwa kedua orang berada didalam kubur itu tengah merintih disiksa dengan siksa yang cukup berat.  Kedua ahli kubur itu ternyata disiksa bukan sebab dosa besar, tetapi disebabkan karena suka kencing tidak bersuci dan sebab mengadu domba.

Setelah mendapati kejadian dasyat itu, Rasulullah kemudian mengambil sebuah pelepah kurma yang kondisinya masih basah. Rasululla lalu membelah pelepah kurma basah itu menjadi dua buah bagian. Hal-hal yang dilakukan rasulullah itu, membuat para sahabat yang menyaksikannya keheran-heranan. Sebenarnya untuk apa rasulullah mengambil pelepah kurma itu dan sebenarnya kenapa juga pelepah kurma itu dibelah menjadi 2 bagian .

Setelah Rasulullah membelah pelepah kurma itu, Rasulullah lalu menancapkan kedua belahan pelepah kurma itu di atas kuburan. Setiap kuburan ditancapkan masing-masing 1 bagian pelepah. Para sahabat yang heran kemudian bertanya kepada rasulullah SAW. Rasulullah lalu menjelaskan bahwa dengan pelepah kurma itu bisa meringkankan azab kubur selagi pelepah itu belum mengering.

Oleh sebab itu hendaknya kita harus berhati hati dan menggunakan adab saat kencing. Setelah buang air bersucilah menggunakan alat bersuci  sampai bersih.  Jangan sampai percikan air kencing itu menyebar dan mengenai pakaian kita. Kalau pakaian itu kita gunakan untuk sholat tentulah tidak sah karena masih membawa najis. Ketika kita buang air, pastikan juga kita kencing dengan tuntas, jangan sampai setelah kencing masih ada setetes air kencing yang mengalir keluar. Maka perlu sekali adab dan langkah langkah buang air yang benar.

Rasulullah SAW juga mengajari umatnya cara posisi kencing yang betul, Ada sebuah hadist dari Suraqah bin Malik radliyallahu 'anhu. Bahwa Rasulullah mengajarkan tata cara posisi kaki saat buang hajat di wc. Cara posisi duduk seorang yang tengah kencing atau berak, yaitu dengan posisi duduk di atas tungkai kaki kiri dan menegakkan kaki kanan. Tujuannya, adalah untuk menuntaskan sisa-sisa air kencing yang belum keluar.

Semoga kisah dan penjelasan tentang pentingnya bersuci setelah kencing/ buang air besar bisa diperhatikan dan dijaga. Sebab hal itu sangat penting dengan adanya informasi azab yang kelak pasti diterima di Alam Akhirat. Air kencing juga feses adalah Najis, jadi kalau kotorannya bahkan  percikannya sebesar jarum pun mengenai pakaikan kita yang kita akan gunakan untuk sholat, maka jelas bisa menyebabkan tidak sah-nya Sholat Kita. Kalau tidak sah, inilah yang menjadi permasalahan . Maka bener-bener diperhatikan selalu. Terima kasih semoga bermanfaat.

 Wallahu A’lamu Bishowab.

 

Imam Ahmad Hanbali dan Penjual Roti

Dasyatnya Fadhilah Istighfar 

Imam Ahmad bin Hanbal adalah salah satu murid Imam Syafi'i dikenal juga sebagai Imam Hanbali. Pada usia yang sudah tua, ia bercerita, suatu waktu tanpa tahu alasannya tiba-tiba ingin ke kota di Irak. Padahal tidak ada janji ataupun hajat di sana.

 Akhirnya Imam AhmadHanbal pergi sendiri menuju ke kota Bashrah, Irak. Ia bercerita saat tiba di sana waktu Isya, kemudian ikut sholat berjamaah Isya di masjid. Hatinya terasa tenang, kemudian istirahat di masjid. 

 Begitu selesai sholat dan jamaah bubar, Imam Ahmad Hanbal ingin tidur di masjid. Tiba-tiba marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya, "Mengapa syekh (panggilan untuk orang tua), mau apa di sini?"  

Marbot tidak tahu kalau yang ditegurnya adalah Imam AhmadHanbal. Imam Ahmad Hanbal pun tidak memperkenalkan dirinya. Di Irak semua orang kenal Imam Ahmad Hanbal sebagai seorang ulama besar dan ahli hadits. Sosok ulama yang sangat saleh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, hanya tahu namanya sudah terkenal.   

 Imam Ahmad Hanbalmenjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir." Marbot berkata, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid." 

Imam Ahmad Hanbal melanjutkan ceritanya, "(Di masjid itu) saya didorong-dorong oleh orang (marbot) itu, disuruh keluar dari masjid, setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid." 

Setelah diusir dari dalam masjid, Imam Ahmad Hanbal ingin tidur di teras masjid. Ketika sudah berbaring di teras masjid, marbutnya datang lagi dan marah-marah kepada Imam Ahmad Hanbal.  

Marbot itu mengatakan, "Mau apa lagi syekh?" Imam Ahmad Hanbal menjawab, "mau tidur, saya musafir." Marbot masjid menimpali, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh."

Setelah itu Imam Ahmad Hanbal diusir bahkan didorong dari teras masjid sampai ke jalanan.  Di samping masjid ada penjual roti yang rumahnya kecil, di rumah itu ia membuat dan menjual roti. Penjual roti itu sedang membuat adonan,melihat kejadian Imam Ahmad Hanbal didorong-dorong oleh marbot ke jalan.  

Saat Imam Ahmad Hanbal sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh dan mengajaknya menginap di rumahnya. Imam Ahmad Hanbal bersedia dengan ajak menginap itu. 

 

Imam Ahmad Hanbal masuk ke rumah penjual roti, duduk di belakangnya yang sedang membuat roti. Imam Ahmad Hanbal masih tidak memperkenalkan dirinya, ia layaknya seorang musafir. 

Penjual roti ini perilakunya lain daripada umumnya, kalau Imam Ahmad Hanbal tidak mengajak berbicara, ia terus membuat adonan roti sambil membaca istighfar. Kalau diajak bicara baru menjawab seperlunya. 

Saat meletakkan garam membaca Astaghfirullah, memecahkan telur membaca Astaghfirullah, mencampur gandum membaca Aastaghfirullah. Ia selalu mengucap istighfar.

Imam Ahmad Hanbal memperhatikan terus, lalu bertanya, "Sudah berapa lama kamu lakukan ini (membaca istighfar setiap saat)?" Penjual roti menjawab, "Sudah lama sekali syekh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan ini."

Imam Ahmad Hanbal bertanya lagi, "Apa hasil dari perbuatanmu ini?" Penjual roti menjawab, "Hajat yang saya minta pasti dikabulkan Allah, semua yang saya minta kepada Allah langsung diterima."

Penjual roti menambahkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan." Imam Ahmad Hanbal penasaran kemudian bertanya, "Apa itu?" 

Penjual roti menjawab, "Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad Hanbal." 

Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir. Kemudian berkata, "Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad ke Bashrah, bahkan sampai didorong-dorong marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfar yang kamu lakukan."

Penjual roti terperanjat dan memuji Allah, karena ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad Hanbal. Sosok yang sangat ingin ditemuinya.

 Wallohu'alam 

 

 


Asal Mula Harta Qarun

 Kisah Qarun Si Orang Kaya yang Tak Mau Berderma

Qarun adalah seorang lelaki kaya raya di masa Nabi Musa AS. Ia tak hanya berharta, tetapi juga orang berilmu yang memiliki kekerabatan dengan Nabi Musa AS. Para ulama mengatakan, Qarun adalah sepupu Nabi Musa. Ia juga merupakan ahli kitab Taurat setelah Nabi Musa dan Harun.

Qarun sering disebut dengan “Munawwir” karena keindahan suaranya dalam membaca kitab Taurat. Ia bahkan merupakan salah satu dari 70 laki-laki yang terpilih dari kaum Nabi Musa (untuk memohonkan taubat kepada Allah karena patung lembu yang disembah kaum Nabi Musa).

Tidak hanya ilmu agama, Qarun juga memiliki kelihaian dalam berbisnis, ia menguasai berbagai jenis usaha, bahkan mengetahui trik investasi yang menguntungkan dan jalur perdagangan internasional yang strategis.

Pada mulanya Qarun termasuk orang miskin, tak ada

Meskipun Qarun merupakan sepupu Nabi Musa, ia justru menjadi salah satu pendukung dan penyokong Fir’aun pada masa itu. Hal ini dilakukannya agar ia tetap menduduki posisi yang strategis dalam bisnisnya, mengingat saat itu Fir’aun adalah raja yang sangat berkuasa bagi kaum Bani Israil.

Maka tak heran bila Qorun mempunyai harta yang sungguh melimpah ruah. Ia memiliki puluhan hingga ratusan gudang harta. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa kunci-kunci gudangnya bahkan sangat berat dipikul, meskipun oleh orang-orang yang kuat sekalipun, sebagaimana disebutkan dalam QS al-Qashas ayat 76.

Disebutkan kunci-kunci gudangnya dibawa oleh 60 keledai, sedangkan dalam riwayat Ibnu Abbas disebutkan bahwa kunci-kuncinya dibawa oleh 40 laki-laki yang amat kuat. Pakar-pakar bahasa bahkan menggambarkan, orang yang memikul pun terengah-engah hingga tubuhnya miring karena menahan beban beratnya.

Namun siapa sangka, di balik ilmunya yang tinggi dan hartanya yang berlimpah, Qarun justru termasuk golongan orang-orang munafik. Harta bendanya berhasil membutakan mata hatinya. Banyak orang shaleh yang menasihati dan memperingati Qarun atas kesombongannya.

Namun ia mengabaikannya dan menganggap bahwa harta yang dimilikinya didapatkan dari ilmu dan usahanya, tanpa ada campur tangan dari Allah SWT. Hal ini tergambar dari perkataannya إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي (Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku –QS al-Qashas : 78).

Pada suatu hari, keluarlah sang konglomerat ini melewati kaum Bani Israil dengan pakaian dan harta yang mewah. Ia juga diikuti oleh para pembantu dan budak yang siap siaga melayaninya. Harta kekayaan Qarun sungguh membuat orang-orang iri. Mereka berkata “Semoga kita memiliki harta yang berlimpah seperti Qarun. Sungguh Qarun benar-benar orang yang beruntung”.

Namun orang-orang berilmu lagi shaleh menimpali mereka “Hei, celakalah kalian apabila mengharapkan harta seperti yang dimiliki Qarun, sesungguhnya pahala Allah jauh lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan pahala itu tidak dapat diperoleh kecuali oleh orang-orang yang sabar”

Kesombongan Qarun benar-benar telah mengundang murka Allah. Ia tentu tahu bahwa sebelumnya telah ada umat yang ditimpakan adzab karena kesombongan mereka. Padahal umat-umat terdulu justru lebih kuat dan lebih banyak hartanya.

Adzab Allah sungguh nyata. Allah menurunkan adzab kepada Qarun berupa gempa bumi dan longsor yang dahsyat. Qarun tenggelam bersama seluruh harta kekayaannya ke dalam perut bumi. Tak ada sedikitpun harta yang tersisa, seluruhnya bahkan rata dengan tanah.

Tidak ada satupun golongan yang mampu menyelamatkannya, baik keluarga, kerabat maupun temannya. Harta yang selama ini dibanggakannya justru menjadi malapetaka baginya dan tak sedikitpun mampu menolongnya.

Maka binasalah Qarun beserta harta kekayaannya dikarenakan kedurhakaan dan kekufurannya. Di Mesir, tepatnya di kota Fayyuum, sekitar 60 km dari Cairo, dikenal satu tempat yang dinamai Buhairat Qarun, yakni danau Qarun. Konon disanalah lokasi perumahan Qarun dan di daerah itu pula ia ditelan bumi. Hingga kini, bahkan orang-orang menyebut harta terpendam yang tidak diketahui pemiliknya dengan sebutan harta karun.

(Kisah Qarun tercantum dalam al-Qur’an surah al-Qashas ayat 76-83)

Wallahu a’lam bisshawab

 

Saturday, April 1, 2023

Kisah Padamnya Lampu Istana


Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkenal menjadikan keadilan sebagai keutamaan pemerintahannya

Meskipun masa pemerintahannya terbilang singkat (2-3 tahun), Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu khalifah yang paling dikenal dalam sejarah Islam. Beliau dipandang sebagai sosok yang adil dan dijuluki sebagai khulafaur rasyidin kelima

Khalifah Umar bin Abdul Aziz lahir tahun 63 Hijrah (684 M) dan wafat tahun 101 Hijriyah (720 M). Ayahnya bernama Abdul Aziz, putra Khalifah Marwan bin al-Hakam yang merupakan sepupu Khalifah 'Utsman bin 'Affan RA. Ibunya adalah Laila, cucu Khalifah Umar bin Khattab RA . 

Umar dibai'at sebagai khalifah dari Bani Umayah pada hari Jumat setelah salat Jumat. Gaya hidup Umar sangat sederhana ketika menjadi khalifah. Gajinya hanya 2 dirham perhari atau 60 dirham perbulan. Meski masa kepemimpinannya sangat singkat hanya 2-3 tahun, karyanya sangat mengagumkan dan banyak kisah-kisah menarik tentang dirinya

Dikisahkan, suatu malam, Umar bin Abdul Aziz terlihat sibuk merampungkan sejumlah tugas di ruang kerja istananya. Tiba-tiba anak-anaknya masuk ke ruangan bermaksud hendak membicarakan sesuatu.

"Untuk urusan apa putraku datang ke sini, urusan negarakah atau keluargakah?" tanya Umar

"Urusan keluarga, ayahanda," jawab sang putra.

Tiba-tiba Umar mematikan lampu penerang di atas mejanya. Seketika suasana menjadi gelap. "Kenapa ayah memadamkan lampu itu?" tanya anak-anaknya merasa heran.

"Putraku, lampu yang sedang ayah pakai bekerja ini milik negara. Minyak yang digunakan juga dibeli dengan uang negara. Sementara masalah yang akan kita bahas adalah urusan keluarga," jelas Umar

Umar kemudian meminta pembantunya mengambil lampu dari ruang dalam. "Nah, sekarang lampu yang kita nyalakan ini adalah milik keluarga kita. Minyaknya pun dibeli dengan uang kita sendiri. Silakan putraku mengatur pembicaraan dengan ayah."

Umar memiliki akhlak pejabat sejati. Ternyata, puncak kejayaan di berbagai bidang tak lantas membuat Umar bin Abdul Aziz terperdaya. Meski banyak prestasi yang diraihnya, beliau tetap bersahaja, amanah, dan sangat hati-hati mengelola aset negara.

Pada masa Umar bin Abdul Aziz inilah Islam kekuasaannya mencapai Persia dan Mesir. Umar juga mengirim utusan ke Cina dan pemimpin Tibet mengajak mereka memeluk Islam. Sepeninggal Umar bin Abdul Aziz, kekhalifahan diserahkan kepada sepupunya yang juga saudara seayah Khalifah Al-Walid dan Khalifah Sulaiman, Yazid bin 'Abdul-Malik.

Demikian salah satu kisah teladan Umar bin Abdu Azis saat memimpin kekhalifahan. Semoga kita bisa meneladaninya